Bandung, 18 April 2018
Hari ini terbangun, bukan karena diri sendiri, namun karena ada yang memanggil ku dari sisi lain pintu yang menutup kamar kostan ku. Ah, pukul 21.00. Sudah 3 jam aku terlelap, ntah memimpikan apa. Aku tersadar, kalau aku jatuh dalam lelapku, tidak lama setelah aku membaringkan diri dikasur biru ini, sepulang dari semua aktivitasku dikampus satu harian ini. Kontrol Otomatik, Manajemen industri, Lingkungan energi dan sela diisi untuk melanjutkan pengolahan data praktikum serta mulai mencari2 referensi bahan untuk Tugas Akhirku. Ah, tugas akhir ya.... tak terasa memang, sudah hampir 3 tahun aku menggali ilmu dikampus gajah ini, kampus yang menjadi mimpiku setelah keadaan tidak memungkinkanku untuk bermimpi ditempat lain, ya sebenarnya aku memiliki cita menjadi seorang dokter, apadaya aku tak mampu melihat darah, haha ya aku phobia darah, hal yang memalukan.
Kududuk diatas kasur biru ini, menyandarkan punggung di tembok putih disampingnya, sembari berusaha menyadarkan diri dari mimpi yang aku pun lupa beberapa detik setelah tersadar tadi, membuka hp dan memandangi setiap storygram yang diupload beberapa temanku di akunnya masing2 tentunya sebelum waktu ini. Dan salah satu dari itu, aku melihat seorang yang familiar dimataku, yang sudah 3 tahun ini tak kujumpai, karena harus terpisah oleh mimpi dan kenyataan kami masing-masing. Dia, Heri sahabatku yang mulai kukenal Agustus 2014, disuatu ruang di sebuah kampus di Palembang. Bisa dibilang banyak hal, cerita, keluhan dan perjuangan yang kami lalui bersama sekitar 1 tahun bersama menuntut ilmu di jurusan teknik pertambangan universitas sriwijaya, palembang.
Dulu kami memiliki mimpi kami masing2, mimpi yang membuat kami ingin bergerak, move on dari kenyataan kami pada saat itu, sayang harapan tak selalu bisa sejalan dengan angan. Kami terpisah, oleh kenyataan dan mimpi kami masing-masing. Dimana aku harus melanjutkan kenyataan dengan jalur mimpiku, dan dia harus menyesuaikan mimpi terhadap kenyataannya.
Aku kenal dia, seorang yang penuh mimpi, namun juga seorang yang realistis. Seorang yang penuh perjuangan, namun juga seorang yang suka berhenti sesaat dan merenungi. Seorang yang keras kepala, namun juga seorang yang patuh terhadap orang tua. Seorang yang cerdas.
Alasan-alasan tersebutlah yang kemudian menjadi penyebab aku menuliskan ini, ya beberapa saat lalu aku secara tidak sengaja memandang fotonya bersama kedua orang tuanya, dengan bermedalikan lambang unsri dilehernya. Dia lulus. 3 tahun 7 bulan, disebuah jurusan yang memiliki rataan waktu kelulusan 4,5 -5 tahun. Dia mematahkan logika, menebus sebuah tuntutan. Luarbiasa, membanggakan, satu atau dua kata yang bisa aku ucapkan untuk sahabat ini.
Dulu kita sama2 bermimpi, dulu sama2 berjuang, dan hari ini selamat kawan, kau telah mengakhiri dengan baik satu BAB kehidupan ini. Selamat memulai BAB baru dengan SubBAB2nya sendiri yang menempa menjadi pribadi yang lebih sempurna lagi.
Walau mungkin mimpimu yang awal tidak lagi mungkin terjadi, namun setidaknya kau pernah bermimpi, kau tak menyesal teman. Ada banyak sarjana kedokteran diluar sana yang bisa kau titipkan intisari dari mimpimu itu. Sekarang selamat bermimpi kembali, memulai angan baru, karena angan lama tlah terpenuhi.
Semoga anak manusia yang menulis ini juga mampu menggenapi mimpinya, lulus dari kampus gajah ini, tahun depan.
Selamat atas predikat cumlaude mu, Selamat bermimpi dalam keprofesionalan mu, Selamat berkarya dalam dunia pertambangan, selamat berkontribusi bagi negeri ini, AZS , ST.
Komentar
Posting Komentar