Akustik Pendengaran dan Perancangan Akustik Ruang
Oleh: Robitson Ayub Aritonang
(13315063)
Teknik Fisika, ITB
Akustik Pada Telinga Manusia
Telinga merupakan salah satu
organ tubuh yang dimiliki oleh manusia, dan berfungsi sebagai indera
pendengaran. Namun, selain berfungsi sebagai indera pendengaran, telinga juga
berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh manusia.
Dalam menjalankan perannya
sebagai indera pendengaran, telinga memiliki batas2 frekuensi, yakni diantara
20 hz sampai dengan 20.000 hz, dimana diluar dari rentang tersebut telinga
manusia tidak memiliki kepekaan untuk mendengarnya.
Telinga manusia sendiri
terdiri/tersusun dari berbagai bagian diluar dan dalamnya, yang memiliki
fungsinya masing-masing dalam proses pendengaran. Bagian-bagian tersebut dibagi
menjadi 3 bagian utama, yakni antara lain :
1. Telinga bagian luar
1. Telinga bagian luar
Bagian telinga
luar ini terdiri dari daun telingga atau pinna, liang telinga atau meatus
auditorius eksternus, dan juga gendang telinga atau membrane timpani. Setiap
bagian tersebut memiliki fungsinya masing-masing, seperti pinna yang berfungsi
untuk menangkap gelombang suara dan membedakan arahnya, hal ini memungkinkan
karena berkenaan dengan bentuk dari pinna sendiri yang mendukung dan kompleks. Kerusakan
pada pinna biasanya berupa kerusakan fisik yang jelas seperti luka dan
sejenisnya, dimana akibat dari kerusakan ini biasanya adalah rasa sakit dan
juga tidak nyaman, namun tidak sampai signifikan mengganggu pendengaran.
Kemudian bagian
meatus auditorius eksternus berfungsi sebagai saluran yeng meneruskan gelombang
suara ke bagian yang lebih dalam dari telinga, yakni ke bagian membran
timpani/gendang telinga. Bagian meatus auditorius eksternus ini merupakan hasil
susunan dari tulang rawan yang diselimuti kulit. Pada bagian ini juga terdapat
rambut-rambut halus yang berfungsi sebagai filter telinga, juga terdapat
kelenjar yang menghasilkan cairan seperti lilin yang biasa disebut sebagai
kotoran telinga. Kerusakan pada bagian ini biasanya berupa peradangan akibat
yang disebut otitis eksterna, dimana penyebab dari peradangan ini adalah
kebiasaan mengorek-ngorek telinga dengan salah. Untuk itu, sebaiknya dihindari
terlalu sering membersihkan telinga dengan cara mengorek-ngoreknya.
Kemudian bagian
terdalam dari telinga luar adalah membrane timpani atau yang biasa kita kenal
dengan gendang telinga. Fungsi utama gendang telinga ini adalah memberi/melanjutkan
stimulus ke bagian lain yang lebih dalam (bagian telinga tengah). Stimulus ini
berasalah dari getaran pada gendang telinga yang dihasilkan oleh gelombang
suara yang telah diamplifikasi di bagian meatus auditorius eksternus. Kerusakan pada bagian membrane timpani atau
gendang telinga biasanya disebabkan akibat getaran suara yang memiliki tekanan
yang terlalu besar. Gendang telinga memiliki batas ambang elastisitanya,
sehingga ketika gendang telinga digetarkan oleh sebuah gelombang suara yang
memiliki tekanan terlalu besar, dapat menyebabkan elastisitas semakin
berkurang, dan menyebabkan ke tuli an (baik sementara maupun permanen). Tuli
sementara yang diakibatkan berkurangnya elastisitas gendang telinga dapat pulih
dengan mengistirahatkan sementara telinga dari kegiatan-kegiatan pendengaran,
sedangkan untuk tuli permanen, dapat dilakukan tindakan dengan memasan Alat
Bantu Dengar (ABD), yang bekerja dengan mengamplifikasi bunyi yang ada
disekitar.
2. Telinga
Bagian Tengah
Bagian telinga
tengah merupakan rongga udara yang terdapat dibelakang gendang telinga, dimana
meliputi 3 jenis tulang pendengaran, yakni martil/malleus, landasan/incus dan
sangurdi/stapes, serta ujung saluran eustachius. Posisi malleus menempel pada
membrane timpani sedangkan stapes menempel pada oval window yang merupakan
gerbang menuju koklea yang berisi cairan. Getaran dari gendang telinga akan
diteruskan ke tulang pendengaran dan masing-masing tulang pendengaran akan
saling meneruskan getaran, hingga ke tulang pendengaran terakhir, yakni
sangurdi yang merupakan tulang terkecil di tubuh manusia. Tulang sangurdi akan
meneruskan geteran ke koklea.
Gangguan atau
kerusakan yang biasa terjadi di bagian telinga tengah ini adalah peradangan
atau infeksi yang disebut otitis media. Juga dapat terjadi tuli sementara,
ketika tekanan udara diluar berubah seketika dan berbeda dengan tekanan udara
di dalam rongga udara telinga tengah. Namun hal ini bisa diatasi dengan
mengunyah sesuatu atau menguap.
3. Telinga Dalam
Telinga dalam
berbentuk labirin, dan terdiri dari labirin tulang dan labirin membrane.
Labirin tulang telinga terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu koklea, vestibula,
dan kanal semisirkular. Pada koklea, terdapat organ korti yang didalamnya
terdapat sel-sel rambut yang menjadi reseptor getaran. Kemudian vestibula
tersusun dari sakula dan utrikula yang disusun oleh sel rambut bernama macula
acustika. Kanal semisirkular merupakan saluran setengah lingkaran yang terdiri
dari 3 saluran semisirkular yakni horizontal, vertical depan dan vertical
belakang.
Pada telinga
dalam ini juga terdapat sara-saraf akustika. Kerusakan yang dapat terjadi pada
bagian telinga dalam ini seperti neuroma akustik, yakni tumor yang terjadi pada
bagian telinga dalam, yang menganggu bagian sekitarnya, dengan gejala vertigo
dan hilangnya pendengaran. Namun hal ini dapat ditanggulangi dengan melakukan
operasi pengangkatan.
Proses Pendengaran
Untuk proses pendengaran, Suara dari berbagai sumber di sekeliling
telinga kita akan dikondisikan daun telinga (Pinna) agar semuanya memliki
keterarahan yang sama untuk masuk daun telinga. Hal ini merupakan penyebab
manusia mampu mengetahui dari mana arah datangnya suara yang mereka dengar. Kemudian
setelahnya gelombang dengan frekuensi 2000-5000 Hz akan diamplifikasi melalui
resenonansi di rongga telinga kita (meatus -> gambar 1) hingga 10-15 dB.
Dengan amplifikasi seperti tersebut maka gelombang akustik akan
cukup kuat untuk menggetarkan gendang telinga kita (gambar 2). Gendang telinga
akan bergerak maju mundur selaras dengan datangnya tekanan suara. Karena
memiliki beban tekanan suara yang hampir terjadi setiap saat, gendang telingan
semacam memiliki elastisitasya yang tergantung tekanan suara yang diperolehnya.
Hal inilah yang kemudian digunakan sebagai batas ambang aman pendengaran
manusia di area lingkungan bising. Gendang telinga manusia memiliki kemampuan
elastisitas yang sangat dipengaruhi besarnya tekanan suara yang diperoleh dan
lamanya waktu gendang terkena tekanan suara (dose). Apabila gendang terlalu
terkena tekanan suara maka kemampuan elastisitasnya dapat menurun sehingga
manusia mengalami kehilangan pendengaran (tuli sementara hingga permanen. Bergetarnya gendang telinga akan memberikan stimulus kepada bagian
malleus (gambar 3) untuk membantu penyaluran informasi yang berasal dari
vibrasi tekanan suara menjadi osilasi mekanik. Proses ini juga terjadi dengan
penyamaan antara kedua impedansi (impedansi udara dibanding impedansi caira di
koklea) di antara bagian telinga luar dan tengah. Dengan adanya impedansi yang
sama, maka energi suara yang diperoleh lebih efisien sehingga informasi yang
disampaikan juga lebih lengkap. Untuk memperoleh impedansi yang hampir sama,
telinga dilengkapi dengan koklea (Gambar 4). Selain itu, koklea juga membantu
menjaga keseimbangan tubuh kita. Setelah berubah impedansinya, proses mendengar berakhir pada
membran basilus. Bagian ini berperan sebagai filter seluruh frekuensi yang ada
dari suara yang kita dengar. Masing-masing rambut dari membran basilus akan
menghasilkan sinyal listrik setelah berhasil mendapatkan frekuesi sesuai
karakternya masing-masing. Dari kumpulan informasi yang diterima setiap
frekuensi itulah informasi suara akan diolah oleh otak kita melalui kiriman
sinyal-sinyal listrik membrane basilus.
Desain Akustik
Ruang
Suara yang
datang pada sebuah permukaan, akan mengalami pemantulan, penyerapan dan juga
transmisi. Hal ini tergantung dari jenis material permukaan tersebut. Permukaan
absorber adalah permukaan yang dominan menyerap suara, namun setiap material
absorber memiliki nilai koef absorbernya masing-masing, dimana semakin besar
nilai koefsien absorber maka semakin banyak suara yang diserap material
tersebut.
Jenis-jenis
material absorber antara lain :
1.
Porous Absorber
Material porous absorber menyerap energy suara melalui
gesekan antara komponen kecepatan gelombang suara dengan permukaan materialnya.
Bahan ini akan menyerap suara lebih besar pada frekuensi tinggi.
Contoh-contoh material porous absorber ini antara
lain, karpet, korden, glasswool, foam, rockwool dll
Bahan penyerap suara
ini akan menyerap energi suara lebih besar pada frekuensi rendah atau menengah,
apabila jarak material ke dinding atau ketebalan material bila ditempel langsung
ke dinding lebih besar daripada seperempat panjang gelombang yang ingin
dikendalikan.
2. Resonant
absorber
Material tipe ini
menyerap energy suara dengan mengubah energy suara menjadi getaran yang kemudia
diubah menjadi energy gesek oleh material berpori yang ada didalamnya. Material
jenis ini lebih sensitive terhadap tekanan dari komponen gelombang suara yang
datang, sehingga material jenis ini lebih efektif jika di tempelkan lansung di
dinding. Material jenis ini lebih banyak menyerap suara pada frekuensi rendah.
Frekuensi resonansi bahan ini ditentukan oleh kerapatan massa dari panel dan
kedalaman (tebal) rongga udara dibaliknya .
Contoh material ini
adalah panel kayu tipis.
3.
Resonator Helmholtz
Efektifitas bahan penyerap suara tipe ini ditentukan dengan
adanya udara yang terperangkap dalam rongga berbentuk pipa atau leher, diatas
bidang berisi udara.
Contoh kasus
perancangan ruang akustik :
Sebuah ruangan auditorium berukuran cukup besar (dapat
menampung 400 audien/kursi) memiliki karakteristik pemantulan energy suara yang
berlebihan sehingga menganggu kejelasan suara ucapan (frekuensi 125 Hz- 8kHz).
Apabila anda diminta untuk merekayasa ulang material akustik absorber permukaan
dalam ruangan tersebut sehingga suara ucapan bisa terdengar dengan sangat baik
dan jelas tanpa system tata suara elektronik, pertimbangan apa yang akan anda
ambil terkait dengan jenis material (akustik) dan posisi penempatannya?
Dalam kasus diatas, dapat kita ketahui bahwa
permasalahan utamnya adalah pemantulan energy suara yang berlebihan pada
frekuensi 125 Hz sampai 8Khz. Kita diminta untuk dapat memperbaiki system
akustik diruang tersebut, dengan hanya merekayasa ulang material akustik
absorber permukaan dalamnya, dan tanpa merubah dimensi dan bentuk dari ruang tersebut.
Dan suara ucapan dapat terdengar dengan sangat baik tanpa sound system.
Maka kita dapat menggunakan material-material absorber
yang paling sesuai, dimana jenis-jenis material absorber dapat kita lihat pada
bagian atas.
Agar suara dapat terdengar jelas di semua sisi dalam
ruangan tersebut tanpa menggunnakan sound system, maka kita harus memaksimalkan
penyebaran gelombang suara utama yakni dari posisi main stage/depan, penyebaran
dapat dilakukan jika gelombang suara yang berasal dari depan terpantul ke
seluruh sisi ruang secara merata, untuk itu pada bagian depan, baik itu tembok
dan langit-langit dapat kita buat dengan material dengan nilai absorber yang
rendah, atau material dengan kecenderungan memantulkan/ reflector.
Untuk bagian tengah, dapat kita gunakan material
dengan kombinasi reflector atau absorber, dengan nilai absorber yang tidak
terlalu besar, agar energy suara tidak terserap seluruhnya mengingat suara juga
harus sampai ke bagian belakang.
Untuk bagian belakang, kita gunakan material
permukaan yang mampu menyerap suara dengan baik, yakni yang memiliki nilai
absorber yang tinggi, mungkin seperti karpet, korden ataupun foam. Tergantung
kebutuhan. Permukaan tembok bagian belakang juga dapat kita desain tidak rata
untuk memaksimalkan pencegahan pemantulan suara.
The
Coincidence effect
Pada
medium udara, propagasi suara oleh gelombang longitudinal memiliki kecepatan
yang sama untuk seluruh frekuensinya. Namun, jika pada struktur padat, suara
akan dipropagasi dengan gelombang longitudinal, transversal, dan gelombang
belok.
Gelombang belok merupakan yang
terpenting dalam sudut pandang akustik bangunan. Gelombang belok, dengan
frekuensi yang berbeda akan merambat dengan kecepatan yang berbeda, dimana
kecepatan akan meningkat seiring dengan frekuensi yang semakin meningkat. Ini
berarti untuk setiap frekuensi yang diatas frekuensi kritis tertentu terdapat
sudut datang dimana panjang gelombang belok sama dengan panjang gelombang diudara
yang diproyeksikan ke dinding.
Berdasarkan frekuensi kerjanya, karakteristik
transmission loss dari suatu partisi dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
stiffness control, mass control dan damping control region.
1.
Stiffness control
Transmission
loss sulit dikontrol pada frekuensi rendah sehingga pada umumnya akan
berosilasi.
2.
Mass control
Transmission
loss pada frekuensi menengah mudah dikontrol dan akan mengalami kenaikan 6 dB
per oktaf.
3.
Damping control
Pada
daerah frekuensi tinggi terdapat bagian yang turun dan pada bagian minimumnya
terdapa frekuensi kritis. Apabila frekuensi kritis ini tidak didamping maka,
transmission loss akan semakin rendah. Apabila didamping, maka transmission
loss akan mengikuti kurva.
Akustik Ruang Musik
Untuk penentuan kriteria ruang music, sebenarnya tidak baku dan cenderung subjektif dikarenakan faktor emosional dan estetika yang diikutsertakan sehingga desain ruangan music sulit ditentukan. Namun beberapa kriteria yang perlu di perhatikan, diantaranya :
1. Intimacy
Berkaitan denfan waktu tunda datangnya suara lansung dengan suara pantulan awal yang datanf ke suatu posisi dengan dalam ruang. Waktu tunda yang disarankan yaitu sebesar, 15-35 ms.
2. Warmth vs Brilliance
Kedua kriteria ini ditunjukkan oleh spectrum waktu dengung ruangan. Waktu dengung yang lebih tinggi di daerah frekuensi rendah lebih disarankan untuk ruangan yang digunakan untuk kegiatan bermusik.
3. Liveness
Berkaitan dengan persepsi subjektif pengguna terhadap waktu dengung ruangan. Ruang music memerlukan waktu dengung yang panjang, yaitu di rentang 1.7-2.2 detik.
4. No Obvious Fauls
Ruang music yang baik seharusnya tidak terdapat gema yang berlebihan dan dead spot sehingga semua orang pada semua posisi di ruangan tersebut dapat mendengar bunyi musik.
5. Blend
Menunjukkan bagaimana kondisi mendengar dia area pendengar. Kondisi mendengar di ruangan tersebut dikatakan baik jika seluruh sumber suara yang dibunyikan diruang tersebut tercampur dengan baik dan dapat dinikmati.
Akustik Ruang percakapan
Ruangan yang biasa dipergunakan untuk ruang percakapan misalnya adalah ruang kelas, ruang rapat, ruang pertunjukan drama dll. Untuk kriteria ruang percakapan, hal yang terpenting adalah tingkat kejelasan suara ucapan. Maka, beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
1. Bising latar belakang
Bising latar belakang adalah suara-suara yang terjadi, namun sumbernya bukan berasal dari ruangan itu, sumber latar belakang biasanya berasal dari beberapa sumber, misalnya kendaraan yang lewat, aktivitas pekerjaan disekitar ruangan, bunyi mesin-mesin disekitar seperti AC dll. Level bising yang diijinkan yaitu diantara 30-35 dB (25-30 untuk ruang percakapan yang butuh kondisi sunyi)
2. Waktu Dengung dan dimensi ruangan
Waktu dengung ruangan memiliki pengaruh yang besar karena besaran kejelasan suara merupakan perbandingan antara energy suara yang datang ke pendengar awal 50-80 ms dengan energy total yang dirasakan dalam ruangan. Waktu dengung yang disarankan dalam ruang adalah sekitar 0,7-1 sekon, namun bergantung dari ukuran ruangan.
3. Bahan Penyerab Suara
Bahan penyerab suara dapat menentukan waktu dengung suatu ruang. Tergantung pada luas permukaan dan volume ruang beserta bahan penyerab suara yang digunakan. Macam bahan penyerap suara dapat dilihat pada bagian material absorbsi.
1.
Geometri Ruang
Geometri ruang mempengaruhi
pemantulan dalam ruangan. Berkaitan dengan posisi titik pantul dan bahan
penyerap pada permukaan ruang.
Komentar
Posting Komentar